Efisiensi sistem irigasi pipa untuk mengidentifikasi tingkat kelayakan pemberian air dalam pengelolaan air irigasi

Penulis

  • Afri Fajar Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
  • Muhammad Yanuar J. Purwanto Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
  • Suria Darma Tarigan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian Bogor

DOI:

https://doi.org/10.31028/ji.v11.i1.33-42

Kata Kunci:

irigasi pipa, efisiensi distribusi, efisiensi aplikasi, SRI, inlet, hemat air

Abstrak

Kehilangan air irigasi yang umum terjadi pada suatu areal pertanian selama pemberian air adalah aliran permukaan dan perkolasi  yang keluar dari daerah perakaran. Irigasi pipa yang memiliki efisiensi mencapai 98% karena dapat mengontrol pemakaian air sesuai kebutuhan dan tidak ada terjadi rembesan selama penyaluran air. Jarak inlet petak sawah juga harus diperhatikan selain faktor teknologi irigasi. Jarak inlet petak sawah berpengaruh terhadap penyebaran air dalam suatu petakan sawah karena terkait dengan efisiensi aplikasi (Ea) dan efisiensi distribusi air (Ed). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode deskriptif yang mengumpulkan data primer dan data sekunder. Selanjutnya pembuatan petak percoban yang telah dipasang irigasi pipa. Hasil penelitian menunjukkan nilai Ed di atas 90% pada perlakuan pemberian air konvensional dan System of Rice Intensification (SRI). Hal ini menjelaskan distribusi air pada teknologi irigasi pipa merata keseluruh areal tanam. Nilai Ea pada petak percobaan berkisar antara 76% - 98%. Perlakuan pemberian air konvensional nilai Ea lebih rendah dibandingkan dengan SRI. Hal ini dikarenakan air pada sawah konvensional terjadi perkolasi sehingga air keluar dari zona perakaran serta terjadinya aliran permukaan menyebabkan penurunan efisiensi. Hasil simulasi jarak inlet petak sawah menunjukkan bahwa Ea yang baik (≥ 90%) didapat pada jarak 30 m dengan sistem pemberian air secara SRI akan lebih hemat 10,25%. Tingkat kelayakan pemberian air berdasarkan nilai Ea diperoleh dari tingkat pola pemberian air irigasi pada sawah konvensional fase vegetatif kritis pada jarak 170 m, sedang fase generatif pada jarak 75 m menjadi kritis dan pada jarak 178 m menjadi sangat kritis. Petak sawah SRI menunjukkan nilai kelayakan pemberian air fase vegetatif mendekati kritis pada jarak 170 m, sedangkan fase generatif telah kritis pada jarak 150 m.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Ali, M.H., Abustan, I., & Puteh, A.B. (2013). Irrigation management strategies for winter wheat using aquacrop model. Journal of Natural Resources and Development, 3, 106-113. Doi:10.5027/jnrd. v3i0.10.

Allen, R. G., Pereira, L. S., Raes, D., & Smith, M. (1998). Crop evapotranspiration-Guidelines for computing crop water requirements-FAO Irrigation and drainage paper 56. Roma: Food and Agricultural Organization.

[Departemen PU] Departemen Pekerjaan Umum. (1994). Prospek Penerapan Irigasi Sprinkler dan Drip di Indonesia (Laporan tidak diterbitkan). Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.

[Ditjen Pengairan] Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum. (1986). Standar Perencanaan Irigasi KP-01. Bandung (ID): Galang Persada.

Doorenbos, J., & Pruitt, W.O. (1977). Guidelines for predicting crop water requirements. Diperoleh Oktober 2016, dari http://www.fao.org/3/a-f2430e.pdf

Hanafiah, K. A. (2007). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hansen, V.E., Israelen, W.O., & Stringham GE. (1979). Irrigation Principles and Practices. New York: John Wiley and Sons.

Hansen, V.E., Israelen, W.O., & Stringham, G.E. (1992). Dasar-dasar dan Praktek Irigasi. Jakarta: Erlangga.

Hardjowigeno, S. (2007). Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Huda, M.N., Harisuseno, D., & Priyantoro, D. (2012). Kajian pemberian air irigasi sebagai dasar penyusunan jadwal rotasi pada daerah irigasi Tumpang Kabupaten Malang. Jurnal Teknik Pengairan, 3(2), 221-229.

Ibrahim, A. (2008). Prinsip-prinsip Tanaman Padi Metode SRI (System of Rice Intensification) Organik. Banda Aceh: Youth Service Foundation.

Isni, M., Basri, H., & Romano. (2012). Nilai ekonomi ketersediaan hasil air dari sub das Krueng Jreu Kabuaten Aceh Besar. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 1(2), 184-193.

James, L.G. (1988). Farm Irrigation System Design. New York: John Wiley and Sons.

Masood, M.A., Raza, I., & Yaseen, M. (2012). Estimation of optimum field plot size and shape in paddy yield trial. Journal of Agricultural Research, 25(4), 280-287.

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. (2001). Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai No. 52/KPTS-II/2001. Diperoleh Oktober 2016, dari http://hukum.unsrat.ac.id/

men/menhut_52_2001.htm

Mustofa, A. (2007). Perubahan Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah pada Hutan Alam yang Diubah Menjadi lahan Pertanian di Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Skripsi tidak diterbitkan). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Prastowo. (2007). Pengembangan model rancangan irigasi tetes pada sistem irigasi airtanah dangkal yang berkelanjutan di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur (Disertasi tidak diterbitkan). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Purba, J.H. (2011). Kebutuhan dan cara pemberian air irigasi untuk tanaman padi (oryza sativa L.). Jurnal Sains dan Teknologi, 10(3), 145-155.

Purwanto, M.Y.J., & Badrudin, U. (1999). Fluktuasi kelembaban tanah pada budidaya gogorancah. Buletin Keteknikan Pertanian, 13(1), 1-7.

Purwanto, M.Y.J., Erizal, & Anika, N. (2012). Peningkatan efisiensi dan produksi pangan dengan pembangunan sistem irigasi pipa di tingkat tersier. Jurnal Irigasi, 7(2), 99-109.

Rianto, S. (2006). Efisiensi Irigasi Tanaman Padi (Oryza sativa.) dengan Metode SRI (System of Rice Intensification) (Skripsi). Diperoleh Oktober 2016, dari http://repository.ipb.ac.id/handle/

/48794

Romero, R., Muriel, J.L., Garcia, I., & Munos, de la Pena D. (2012). Research on automatic irrigation control: state of the art and recent result. Agriculture Water Management, 144, 59-66. Doi: 10.1016/j.agwat. 2012.06.026.

Sapei, A. (2000). Kajian penurunan laju perkolasi lahan sawah baru dengan lapisan kedap buatan (artificial impervious layer). Dalam Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian, 1-39.

Sapei, A. (2012). Lapisan kedap buatan untuk memperkecil perkolasi lahan sawah tadah hujan dalam mendukung irigasi hemat air. Jurnal Irigasi, 7(1), 52-58.

Saptomo, S.K., Chaidirin, Y., Setiawan, B.I., & Sofiyuddin, H.A. (2012). Peningkatan efisiensi irigasi dengan introduksi sistem otomatisasi pada sistem irigasi di lahan produksi pangan. Dalam Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 29 Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia, 407-417.

Saptomo, S.K., Setiawan, B.I., & Nakano, Y. (2004). Water regulation in tidal agriculture using wetland water level control Simulator. Journal Scientific Research and Development, 3(1).

Siebert, S., & Doll, P. (2010). Quantifying blue and green virtual water contents in global crop production as well as potential production losses without irrigation. Journal of Hydrology, 384(3), 198-217.

Sirait, S., Saptomo, S.K., & Purwanto, M.Y.J. (2015). Rancang bangun sistem otomatisasi irigasi pipa lahan sawah berbasis tenaga surya. Jurnal Irigasi, 10 (1), 21-32.

Siregar, N. (2011). Efektifitas dan efisiensi saluran terbuka (Tesis tidak diterbitkan). Universitas Sumatra Utara, Medan.

Sri, H.B. (2000). Hidrologi, Teori, Masalah dan Penyelesaian. Yogyakarta: Beta Offset.

Sumaryanto. (2006). Peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi melalui penerapan iuran irigasi berbasis nilai ekonomi air irigasi. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 24 (2), 77-91.

Yoshino, H., Usuki, N., Chaiwat, P., Eriguchi, H. & Yamamoto, H. (1997). Study on optimal gate operation method in a long open channel. Japan Agicultural Research Quarterly Journal, 31(1), 21-28.

Unduhan

Diterbitkan

2016-11-30

Cara Mengutip

Fajar, A., Purwanto, M. Y. J., & Tarigan, S. D. (2016). Efisiensi sistem irigasi pipa untuk mengidentifikasi tingkat kelayakan pemberian air dalam pengelolaan air irigasi. Jurnal Irigasi, 11(1), 33–42. https://doi.org/10.31028/ji.v11.i1.33-42

Terbitan

Bagian

Artikel
Loading...